Di tengah persaingan usaha laundry yang semakin ketat, Cara Menentukan Gaji Karyawan Laundry juga diperlukan upaya lebih agar volume order terus meningkat serta memenangkan persaingan. Jika hanya berpangku tangan menunggu pelanggan datang, maka pelanggan bisa saja berpindah ke laundry lain sesuka mereka.
Cara Menentukan Gaji Karyawan Laundry
Di samping meningkatkan
kualitas layanan serta melakukan upaya promosi, perlu juga adanya usaha jemput
bola supaya pelanggan pelanggan bertambah. Jemput bola bukan hanya sekedar
layanan antar jemput tetapi juga hunting cucian dengan menggunakan
sales force.
Menggunakan salesman untuk usaha laundry?
Mungkinkah? Mungkin saja.
Di Tegal ada sebuah workshop laundry yang memiliki 17 orang salesman. Selain
tiga outletnya, salesman cukup signifikan dalam peranan memasukkan omzet laundry.
Anda juga bisa menerapkan
hal yang sama. Dengan memiliki salesman, omzet bisa digenjot lebih maksimal.
Untuk penerapan kompensasi, bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah dengan komisi. Hampir sama dengan sistem keagenan, komisi yang diberikan
kepada salesman bisa sekitar 20% – 30%.
Bagaimana dengan gaji pokok Karyawan Laundry?
Bedanya, jika agen
menerima pakaian kotor dengan cara yang pasif, sedangkan salesman bisa lebih
aktif mencari pelanggan. Gaji pokok biasanya berbanding lurus dengan target
penjualan.
Gaji pokok hanya bisa
diterapkan jika ada target penjualan setiap salesman. Jika memungkinkan, hal
ini juga bisa diterapkan. Selain gaji pokok, tambah dengan uang makan, uang
bensin dan sewa motor.
Alokasinya bisa diambil
dari 30% omzet yang di-breakdown menjadi gaji pokok, uang makan dan uang
bensin. Patokannya adalah 30% dari total target yang ditetapkan perusahaan.
Mari kita hitung bersama
Satu orang sales, sehari
bisa diberi target penjualan hingga Rp. 300.000. Jika harga perkilo adalah Rp.
5.000, maka dalam sehari satu orang salesman dikenai target 60 kg. Ini
asumsinya adalah semua layanan kiloan. Jika ada layanan satuan, karpet, sofa
atau springbed mungkin hitungannya bisa lain. Tetapi patokannya adalah nominal
yakni Rp. 300.000,-/hari per satu orang salesman.
Jika terpenuhi, dalam
sebulan dengan 25 hari kerja, maka satu orang salesman bisa menghasilkan omzet
Rp. 7.500.000. Dari angka itu jika anggaran pay out untuk salesman 30%, maka
jumlah pay out maksimal adalah Rp. 2.250.000.
Jika menggunakan
prosentase kotor, maka bisa saja kita berikan seutuhnya kepada salesman. Namun
jika menggunakan pola gaji, hitungannya kurang lebih akan seperti ini; Gaji
Pokok Rp. 1.250.000. Uang makan Rp. 10.000/hari, uang bensin 15.000/hari dan
sewa motor Rp. 150.000/bulan. Asumsinya, motor adalah milik salesman. Jika
motor merupakan milik perusahaan, maka komposisinya bisa sedikit diubah.
Bagaimana jika tidak mencapai target?
Nah, di sinilah perlunya
kontrak kerja. Dengan kontrak kerja perusahaan bisa mengevaluasi secara berkala
sesuai dengan jangka waktu kontrak. Dengan kontrak kerja 6 bulan misalnya,
perusahaan bisa mengevaluasi dengan minimal pencapaian penuh setidaknya tiga
bulan. Jika pencapaian penuh kurang dari tiga bulan, maka kontrak kerja bisa
saja diputus.
Penghitungan lain
mengenai pencapaian target versus gaji adalah dengan cara prorate. Artinya gaji
pokok diberikan penuh dengan ketentuan minimal pencapaian 80% dari target.
Jika tidak mencapai
target, maka gaji pokok yang diterima dihitung secara proporsional menyesuaikan
prosentase achievement atau pencapaian penjualan. Uang makan dan uang bensin
tetap diberikan berapun pencapaiannya.
Pemberian uang makan dan
uang bensin sebaiknya diberikan setiap seminggu sekali selepas masa kerja
seminggu. Artinya jika salesman sudah bekerja seminggu dari Senin hingga Sabtu,
maka Senin berikutnya tunjangan tersebut baru diberikan. Ini gunanya untuk
mengkalkulasi presensi jikalau ada hari yang ia tidak masuk kerja. Sementara
untuk sewa motor diberikan setiap bulan bersama dengan gaji pokok.
Jika simulasi angka di atas tadi tercapai
Sebetulnya pay out untuk
salesman tidak mencapai 30%. Nah, di sinilah angka insentif dimainkan. Artinya,
jika anggaran pay out 30% adalah Rp. 2.250.000 dan realita pembayaran gaji dan
tunjangan hanya Rp. 2.025.000, berarti perusahaan masih ada saving sebesar Rp.
225.000.
Angka tersebut dijadikan
insentif pencapaian apabila salesman bisa menjual dengan target penuh seratus
persen. Ini akan lebih menarik dan menjadikan salesman lebih semangat. Tinggal
penyesuaian saja angkanya karena di setiap daerah memiliki standar biaya hidup
layak yang berbeda dipengaruhi perekonomian secara luas serta adanya upah
minimum di setiap daerah yang berbeda-beda.
Plus Minus Memberikan Komisi Kotor Dibanding Dengan Sistem Gaji
Dengan sistem komisi maka
seorang salesman akan menganggap dirinya freelance. Saat sedang goodmood dia
berangkat, saat sedang ingin libur dia bisa libur sesukanya. Dengan sistem
tersebut, perusahaan juga tidak bisa berbuat banyak.
Tetapi dengan sistem
gaji, akan ada ikatan antara perusahaan dengan salesman. Kontrak kerja
sebaiknya juga dipersiapkan di depan, baik untuk 3 bulan, 6 bulan atau satu
tahun. Dalam kontrak kerja akan tercantum antara hak dan kewajiban salesman.
Seorang pekerja biasanya
akan lebih tertarik jika mendengar kata gaji pokok. Karena dengan gaji pokok ia
akan merasa aman dalam hal keuangan. Artinya, salesman akan dapat membayangkan
berapa uang yang akan ia peroleh di akhir periode kerja atau tanggal gajian.
Selain itu, dengan
diterapkannya uang makan dan uang bensin, akan berpengaruh secara psikologi.
Salesman tak perlu lagi berpikir mengenai biaya makan di waktu kerja. Ia juga
tak perlu memikirkan biaya bahan bakar kendaraannya. Meskipun uang makan dan
uang bensin diberikan mingguan, tetapi paling tidak akan membantu meringankan
beban pikiran salesman. Dengan begitu ia sudah terbebas dari pikiran biaya
makan dan biaya jalan. Ia menjadi lebih fokus bekerja.
Uang sewa motor juga
sangat penting. Karena dengan uang sewa tersebut ia bisa menggunakannya untuk
biaya servis, ganti oli atau membeli suku cadang saat terjadi kerusakan. Ini
cukup membantu juga supaya salesman tak perlu berpikir mengenai biaya saat
motornya rusak.
Perpaduan komposisi gaji
dan tunjangan seperti ini biasanya lebih menarik ketimbang komisi. Sekali lagi,
komisi prosentase cenderung malah menakutkan karena salesman baru akan
membayangkan sulitnya. Tak banyak pegawai baru yang semangatnya mengalahkan
ketakutannya. Di sini kita harus bisa mempermainkan psikologinya.
Meski memang sistem
salesman seperti ini tidak serta merta mudah dijalankan. Sebagai owner, sudah
semestinya kita mendukung dengan upaya tambahan seperti melakukan promosi baik
di media sosial maupun dengan brosur. Salesman dibekali brosur untuk disebar di
area kerja mereka.
Owner juga seharusnya
memanfaatkan media sosial untuk menarik minat pelanggan di sekitar lokasi
jangkauan salesman.
Salesman Bisa Mencari Order Lagi Di Rute Yang Sama
Untuk rute, sebaiknya
juga diatur. Buatlah rute yang memungkinkan bisa dikerjakan selama sehari.
Ulangi rute tersebut untuk tiga hari sekali. Artinya, setiap tiga hari sekali
salesman akan melewati rute yang sama. Tujuannya adalah untuk recycling.
Idealnya dalam tiga hari pakaian pelanggan sudah siap diantar.
Sembari mengantar,
salesman bisa mencari order lagi di rute yang sama. Namun, selain itu, salesman
juga diberi kesempatan untuk improvisasi. Karena meskipun sudah terbentuk
rute, tidak menutup kemungkinan salesman mendapatkan order di wilayah lain di
luar rutenya.
Hal tersebut lumrah
terjadi apalagi jika sistem tersebut sudah dijalankan cukup lama. Efek promosi
dan testimoni pastinya sudah menyebar dan posisi pelanggan bisa ada di berbagai
lokasi. Jika dirasa sudah saatnya menambah armada, bisa sja dalam satu rute
dikembangkan menjadi dua rute dengan dua orang salesman.