Konsep Budaya Organisasi dalam Perusahaan Untuk Mencapai Tujuan

Konsep Budaya Organisasi dalam Perusahaan Untuk Mencapai Tujuan

Konten [Tampil]

Konsep Budaya Organisasi dalam Perusahaan Untuk Mencapai Tujuan

Budaya Organisasi - Saat ini, banyak perusahaan gagal mencapai tujuannya karena tidak memiliki energi kompetitif yang kuat untuk menjalani pasar yang lengkap ini. Di era globalisasi ini, perusahaan nasional akan mengalami persaingan yang cukup tajam untuk berkiprah di dunia bisnis. Untuk mendapatkan pasar yang lebih luas, perusahaan harus memiliki energi yang lebih kompetitif dibandingkan perusahaan lain.

 

Energi kompetitif dapat berupa produk, jasa, atau sumber daya manusia. Perusahaan harus dapat memiliki nilai tambah pada sumber dayanya (nilai tambah sumber daya) sehingga ingin menciptakan energi kompetitif yang kuat terhadap perusahaan lain.

 

Perusahaan Dalam Tujuan Budaya Organisasi

Salah satu cara untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas Perseroan dalam mencapai tujuannya adalah dengan mengoreksi dan meningkatkan keunggulan komparatif (comparative advantage) di bidang sumber energi manusia (Bangun, 2006).

 

Budaya Organisasi dalam Persaingan Perusahaan

Persaingan merupakan konsep yang menjamin berhasil atau tidaknya Perseroan dalam mencapai tujuannya. Persaingan memastikan bagaimana perusahaan dapat mendukung kinerjanya, semacam inovasi, dan budaya kohesif.

 

Oleh karena itu, sangat penting bagi Perseroan untuk memastikan strategi yang tepat dalam memenangkan persaingan. Strategi bersaing adalah mencari posisi kompetitif yang menguntungkan dalam sebuah perusahaan, arena fundamental di mana persaingan terjalin (Porter, 1994: 1).

 

Strategi bersaing bertujuan untuk memastikan posisi yang menguntungkan dari kekuatan pesaing. Oleh karena itu, energi persaingan yang besar merupakan suatu keharusan bagi Perseroan untuk mencapainya, karena tanpanya Perseroan sulit untuk bertahan dan bersaing.

 

Pengertian Budaya Organisasi

Budaya menampilkan cerminan atau ciri suatu kelompok tertentu di tengah-tengah warga dalam melakukan aktivitas dan mengungkap kasus-kasus yang dihadapinya. Dalam kelompok tertentu, terdapat aturan atau syarat yang harus diadili dalam menjalankan dan membongkar suatu perkara.

 

Peraturan atau ketentuan yang dikukuhkan harus dijunjung bersama untuk diimplementasikan agar menjadi sebuah keyakinan dan memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk dan menampilkan sikap para anggotanya.

 

Setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan dan mengungkap kasus-kasus yang dihadapinya guna mencapai tujuan tertentu, sehingga dapat dikatakan budaya masing-masing negara berbeda.

 

Di suatu negara tertentu juga terdapat kelompok tertentu yang memiliki budaya yang berbeda-beda, seperti yang dikatakan sebagai sub budaya. Mirip dengan kasus di Indonesia, ternyata banyak suku yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Negara Indonesia adalah Negara majemuk yang memiliki banyak budaya yang berbeda-beda.

 

Tingkatan Budaya Organisasi

Berdasarkan interpretasi di atas maka dapat dikatakan bahwa budaya organisasi dapat dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu budaya tidak nyata (abstrak), dan budaya yang dapat dikenali sebagai nyata. Budaya yang tidak nyata adalah budaya yang tidak dapat dilihat dalam bentuk atau dialami, tetapi memiliki makna yang besar dan dapat mengubah sikap manusia.

 

Namun budaya nyata adalah budaya yang dapat dikenali dengan menggunakan indera manusia, seperti dilihat, didengar, dan dialami. Dengan demikian, budaya intangible dan tangible memiliki nilai yang sama dan dapat mempengaruhi perilaku dan sikap manusia di dalam Perusahaan.

 

Jenis Budaya Organisasi

Dinyatakan sebelumnya bahwa setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Perbandingan ini dapat dikenali dengan melihat kegunaan budaya organisasi. Sesuatu mungkin budaya organisasi tertentu lebih efisien daripada yang lain.

 

Perbandingan kegunaan dapat diidentifikasi melalui jenis budayanya. Kreitner dan Kinicki (2001) mengemukakan bahwa terdapat 3 jenis budaya organisasi, yaitu konstruktif, pasif-defensif, dan agresif-defensif.

 

Budaya konstruktif adalah budaya di mana karyawan didorong untuk terhubung dengan orang lain dan melaksanakan tugas dan proyek mereka dengan metode yang akan membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka untuk tumbuh dan berkembang.

 

Dalam budaya jenis ini, kepercayaan normatif berkaitan dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri, penghormatan kemanusiaan, dan persatuan antar anggota.

 

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

  1. Budaya perusahaan dapat mempengaruhi keunggulan kompetitif Perusahaan. Perusahaan yang menganut budaya orientasi kepada pelanggan, pemegang saham, karyawan, dan kepemimpinan manajerial di semua tingkatan, mampu mengungguli perusahaan yang tidak memiliki budaya tersebut.
  2. Budaya perusahaan merupakan aspek kunci dalam memastikan keberhasilan atau kegagalan Perseroan mengungguli perusahaan sejenis lainnya. Dalam dunia bisnis yang semakin lengkap ini, budaya adaptif akan terus berdampak negatif pada keuangan di masa mendatang.
  3. Budaya perusahaan yang kuat ingin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan besar yang artinya dapat meningkatkan energi kompetitif perusahaan. Budaya yang kuat dapat memaksa sikap karyawan dan elemen lain di Perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan energi kompetitif Perusahaan.